Jumat, 17 April 2015

Seberapa Pentingkah Siswa Harus Memasukkan Baju?


Contoh tidak baik siswa yang tidak memasukkan baju, tidak boleh ditiru
Contoh tidak baik siswa yang tidak memasukkan baju, tidak boleh ditiru
Tulisan ini dibuat karena keprihatinan penulis terhadap maraknya pelajar yang memakai seragam sekolah seenaknya sendiri. Kelihatannya pelajar, tapi cara berpakaian tidak seperti pelajar, tak jarang yang seperti berandal.
Tak sedikit siswa yang berpakaian tidak memasukkan baju seragamnya. Baju yang tidak dimasukkan terutama pada seragam nasional dan pramuka. Peranan keluarga, lingkungan, dan sekolah adalah yang membuat siswa seenaknya sendiri dalam berpakaian.
Pengaruh lingkungan yang sangat berperan saat ini adalah media. Televisi adalah media yang paling ampuh membentuk karakter pemirsanya, terutama siswa. Adegan sinetron yang memakai pakaian seragam sekolah, terutama seragam nasional yang bajunya tidak dimasukkan akan ditiru oleh siswa.
Pada tulisan ini terdapat kisah dimana seorang siswa yang mempunyai kebiasaan buruk selalu tidak memasukkan bajunya sering ditolak kerja, pada hal siswa tersebut sangat pandai. Bagi Anda guru, orang tua, maupun saudara dari siswa terutama yang selalu tidak memasukkan baju bisa menceritakan kisahnya supaya menjadi pelajaran bagi mereka. Bagi kalian sebagai siswa dengan membaca kisah tersebut bisa mengambil manfaatnya.
Bagaimana kisah kebiasaan buruk tidak memasukkan baju berujung pada tidak diterima kerja? Apa hubungan tidak memasukkan baju dengan tidak diterima kerja?
Selengkapnya sebagai berikut.
Setiap pelajar di Indonesia harus berseragam. Seragam ini dikenakan selama mereka belajar di sekolah. Selain pakaian untuk belajar di dalam kelas, pakaian untuk di luar kelas seperti olahraga juga harus berseragam.
Dengan seragam maka tak ada lagi kesenjangan antara siswa yang kaya dan miskin, karena jika tidak berseragam, maka ada persaingan pakaian yang mereka kenakan. Berbeda dengan mahasiswa yang sudah dewasa yang tidak memakai seragam. Mereka tidak memperhatikan persaingan dalam hal berpakaian. Emosi mahasiswa lebih matang bila dibandingkan dengan siswa.
Terdapat tiga jenis seragam yang harus dikenakan siswa di sekolah. Seragam nasional, seragam pramuka, dan seragam ciri khas sekolah. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 45 Tahun 2014. Seragam nasional adalah seragam sekolah setelan baju dan celana atau rok. Seragam nasional yang dalam pemakaiannya baju wajib dimasukkan ke dalam celana atau rok. Sementara seragam pramuka sama seperti seragam nasional, namun untuk siswi ada yang tidak dimasukkan, seperti pada tingkat SLTA.
Seragam ciri khas sekolah adalah seragam yang merupakan ciri khas masing-masing sekolah. Ciri khas ini bisa karena jenjang pendidikannya atau status sekolah tersebut. Seragam ciri khas juga bisa menunjukkan ciri dari daerah dimana siswa tersebut belajar. Seragam ciri khas sekolah biasanya juga terdiri dari setelan baju dan celana atau baju dan rok.
Seragam ciri khas ini biasanya baju dimasukkan ke dalam celana atau rok. Seragam ciri khas sekolah yang saat ini banyak digunakan adalah batik. Batik dikenakan karena merupakan salah satu ciri dari pakaian Indonesia. Yang dimaksud dengan seragam batik adalalah atasannya saja, sedangkan bawahan celana atau rok polos berwarna hitam, cokelat, abu-abu, atau yang lain disesuaikan dengan ketentuan dari sekolah.
Untuk seragam batik ada baju yang dimasukkan ke dalam celana atau rok dan ada yang tidak dimasukkan. Baju batik yang dimasukkan tersebut modelnya seperti pada seragam nasional. Baju batik yang tidak dimasukkan modelnya ada belahan di samping kanan dan kiri. Semua baju seragam yang tidak dimasukkan baik batik maupun yang bukan modelnya yang ada belahannya.
Untuk siswa kebanyakan baju harus dimasukkan, namun untuk siswi pada sekolah tertentu baju tidak dimasukkan. Sekolah yang membuat kebijakan untuk baju siswi tidak dimasukkan mempunyai alasan tertentu, misalkan alasan keagamaan.
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh maraknya siswa yang tidak memasukkan bajunya saat di sekolah. Mereka sangat malas memasukkan baju pada saat belajar di dalam kelas maupun pada saat berada di lingkungan sekolah masih dalam jam sekolah. Seakan-akan memasukkan baju seperti membawa beban satu kwintal di punggungnya.
Maraknya siswa yang tidak memasukkan baju tersebut banyak faktornya. Yang jelas faktor dari keluarga adalah yang utama. Keluarga yang tidak memperhatikan pakaian anaknya akan membuat anak seenaknya sendiri dalam berpakaian. Jadi, keluarga dalam hal ini orang tua harus selalu memperhatikan cara berpakaian seragam anaknya. Cek anak sebelum berangkat sekolah dan pada saat pulang sekolah apakah memasukkan baju atau tidak.
Faktor yang membuat siswa tidak memasukkan baju juga bisa dari sekolah sendiri. Jika dari pihak sekolah disiplin, hal ini tidak akan terjadi. Semua guru harus bertindak tegas kepada siswa yang tidak memasukkan baju. Harus ada sanksi mendidik yang tegas supaya siswa tidak mengulangi pelanggaran tidak memasukkan baju. Jika perlu panggil atau hubungi orang tua tentang perilaku berpakaian siswa yang tidak memasukkan baju tersebut. Tentunya harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua.
Faktor yang tidak bisa diabaikan adalah dari lingkungan. Jika lingkungan siswa selalu tidak memasukkan baju seragamnya, maka ia akan mengikutinya. Selain itu efek dari media juga sangat berpengaruh pada perilaku siswa dalam berpakaian. Media televisi adalah yang paling berperan dalam hal ini. Pengaruh sinetron remaja yang ditiru oleh siswa adalah mereka yang dalam adegan di sekolah tidak memasukkan baju. Jadi, dalam hal ini peranan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah sangat dibutuhkan. Seharusnya KPI juga harus mengetahui tentang peraturan atau undang-undang pendidikan, termasuk dalam hal memasukkan baju seragam.
Film atau sinetron seharusnya menjadi contoh yang baik kepada pemirsanya, terutama bagi pelajar. Sinetron dengan adegan memakai seragam sekolah terutama seragam nasional yang bajunya tidak dimasukkan seharusnya dicekal dan diganti dengan adegan berpakaian memasukkan baju. Karena ini sangat berpengaruh pada pola perilaku siswa dalam berpakaian di sekolah.
Lalu, seberapa pentingkah siswa harus memasukkan baju seragamnya? Siswa yang memasukkan baju seragamnya akan kelihatan lebih rapi bila dibandingkan dengan yang tidak memasukkan baju. Selain itu, siswa yang memasukkan baju juga akan lebih sopan. Siswa akan disegani jika ia memasukkan baju seragamnya. Siswa yang memasukkan baju seragamnya juga akan lebih percaya diri dan tidak merasa ketakutan. Tak sedikit siswa yang tidak memasukkan baju selalu was-was dan ketakutan jika terkena razia atau tidakan indisipliner dari gurunya. Jadi, untuk menciptakan rasa aman, nyaman dan supaya berkonsentrasi dalam belajar di sekolah sebaiknya siswa memasukkan baju seragam.
Kisah Tidak Diterima Kerja Karena Kebiasaan Mengeluarkan Baju
Kisah ini semoga menjadi pembelajaran bagi guru maupun siswa betapa pentingnya siswa harus memasukkan baju seragamnya. Kisah ini dari teman yang pandai, namun salah satu kebiasaan buruknya sejak SMP tidak memasukkan baju seragam. Sebut saja YD, YD hanya memasukkan baju jika sangat terpaksa, misal pada saat upaca bendera. Jika sudah selesai upacara bendera baju dikeluarkan lagi. Di dalam kelas baju juga selalu dikeluarkan. Sampai mahasiswa YD juga tak pernah memasukkan bajunya.
YD sebenarnya siswa yang sangat beruntung bisa masuk ke sebuah universitas terkenal di salah satu kota di Jawa. YD juga termasuk mahasiswa yang lulus dengan IPK yang bagus, di atas 3 dengan waktu studi yang kurang dari 4 tahun.
Suatu saat YD melamar ke sebuah perusahaan terkenal yang sejak sekolah ia incar untuk bekerja di situ. Saking penginnya kerja di perusahaan tersebut, YD rela membeli beberapa pedoman tes supaya ia diterima kerja. Buku tentang psikotes dan pedoman wawancara adalah buku yang ia beli. Untuk masalah tes bidang teknik sudah tidak diragukan lagi.
YD melamar beserta sekitar 600 orang lain yang menginginkan posisis di 5 bagian penting di perusahaan tersebut. Dari posisi tersebut yang dibutuhkan adalah lulusan teknik, MIPA, ekonomi, dan statistik. YD sangat yakin jika dirinya bakal diterima. Untuk itu ia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Dari seleksi administrasi YD lolos. Untuk tes tertulis, YD masuk pada peringkat pertama dari 20. Ini artinya kemampuan koknitif YD sangat bagus. Pada saat tes tertulis, YD tidak memasukkan bajunya. Baginya ini bukan saat yang menentukan diterima atau tidak diterima, jadi YD cuek saja.
Pada tes tertulis diambil 20 orang saja untuk mengikuti tes wawancara. Tes wawancara ditentukan tiga hari kemudian setelah pengumuman tes tertulis. YD mempersiapkan dengan membaca-baca buku tentang pedoman wawancara kerja.
Pada hari yang ditentukan, YD dipanggil untuk mengikuti tes wawancara. YD mendapat giliran pertama sesuai dengan ranking tes tertulis pada posisi ranking satu. Pada saat wawancara YD bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar. Pada saat tes wawancara YD memasukkan bajunya. Tes wawancara sekitar 15 menit berada di lantai dua. Selesai wawancara YD langsung mengeluarkan bajunya dan menuju parkir motor yang ada di samping gedung tempat YD wawancara tadi.
Pada saat YD berada di tempat parkir alangkah terkejutnya personalia yang baru saja mewawancarai YD. Personalia melihat dari kaca jendela lantai dua tempat tes wawancara. Tak menyangka jika YD yang tes tertulis pada posisi ranking pertama mempunyai kebiasaan tidak memasukkan baju. Jadi pikir personalia tadi, YD memasukkan baju hanya terpaksa karena mengikuti tes wawancara saja.
Pengumuman diterima atau tidak diterima tiga hari setelah tes wawancara. Di hari yang telah ditentukan, ternyata YD tidak diterima kerja di perusahaan besar yang selama ini sudah ia incar sejak SMA. Saat itu pula YD protes. Awalnya YD memasukkan baju, namun karena tidak diterima maka baju yang dimasukkan rapi dikerluarkan. YD berpikir bahwa memasukkan baju atau tidak tak akan berpengaruh pada penerimaan kerja. Buktinya, pada saat wawancara ia memasukan baju dan bisa menjawab dengan lancar semua pertanyaan juga tidak diterima.
YD langsung protes menemui personalia yang ada di lantai dua. YD mempertanyakan kenapa ia yang ranking pertama pada saat tes tertulis tidak diterima dan yang ranking 20 justru diterima. YD juga protes pada saat tes wawancara ia bisa menjawab pertanyaan dengan lancar kenapa tidak diterima.
Dengan santainya personalia menjawab protes YD. “Anda memang cerdas, ini dibuktikan dari 600 lebih pelamar, tes tertulis Anda ranking pertama. Namun, apakah Anda sadar jika ada keterpaksaan pada diri Anda? Anda sepertinya sangat terpaksa untuk memasukkan baju. Pada saat Anda wawancara Anda memasukkan baju dengan rapi. Anda juga bisa menjawab semua pertanyaan saya dengan lancar. Awalnya saya tertarik kepada Anda supaya bergabung di perusahaan kami. Namun, begitu saya melihat Anda di tempat parkir mengeluarkan baju, saya langsung mencoret nama Anda.”
YD terdiam dan tidak bisa membantah personalia. Kemudian personalia melanjutkan ucapannya. “Tahukah Anda, jika Anda kami terima bergabung di perusahaan kami, mungkin Anda hanya mematuhi peraturan pada saat pimpinan bersama Anda saja, pada saat pimpinan tidak ada, Anda bekerja seenaknya. Ini bisa tercermin dari cara Anda yang selalu mengeluarkan baju. Saat Anda protes ke sini juga tidak memasukkan baju, bukan? Kami tidak hanya mencari karyawan yang pandai saja, namun juga yang berkomitmen dan bekerja sungguh-sungguh serta yang mempunyai perilaku sopan.”
Akhirnya YD keluar ruangan dengan sangat kecewa. Ternyata tidak kali ini saja YD tidak diterima kerja karena sombong dan tidak memasukkan baju. Beberapa tes tertulis lulus, namun pada saat tes wawancara gagal.
Dari kisah di atas, bisa dijadikan referensi bagi siswa tentang pentingnya memasukkan baju seragam. Bagi Anda yang ingin mencari kerja, Anda harus berhati-hati dalam berpakaian. Kebiasaan seperti YD yang tidak memasukkan baju bisa berujung tidak diterima kerja. Orang yang bekerja di personalia biasanya lulusan sarjana bahkan magister psikologi, jadi mengetahui tentang kepribadian seseorang dari berbagai hal, termasuk dalam berpakaian.
Bagi Anda sebagai guru, Anda bisa menceritakan kisah di atas kepada siswa-siswi Anda, terutama bagi yang sering mengeluarkan baju pada saat di sekolah. Salah satu harga diri seseorang adalah dilihat dari pakaian yang ia kenakan. Bukan pakaian yang mahal yang harga dirinya tinggi, namun orang tersebut bisa berpakaian sesuai dengan situasi dan kondisi. Pakaian yang murah jika bisa memakainya sesuai dengan aturan yang benar, maka akan membuat pemakainya mempunyai harga diri yang tinggi dan bisa membawa keberuntungan.
sumber:
https://cauchymurtopo.wordpress.com/2015/04/09/seberapa-pentingkah-siswa-harus-memasukkan-baju/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar